This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

HASIL DDWK Tanggal 19 Nop 2020

PEMBELAJARAN DI ERA MILINIAL 

Diera Revolusi Industri 4,0, hampir semua segi kehidupan manusia bertumpu pada terintegrasinya penggunaan teknologi wireless/tanpa kabel dan big data Informasi secara massif dan beragam, menuntut pendidikan dan pelatihan juga  harus  mampu  mengadaptasikan kehadiran teknologi ini pada semua subsistem kediklatan baik administrasi maupun sistem pembelajaran dan pelaporannya. Lembaga Pendidikan dan kediklatan juga dituntut untuk mempersiapkan sarana prasarana, kebijakan dan tak kalah pentingnya adalah kesiapan widyaiswara untuk melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan Sistem Manajemen Pembelajaran (SMP) atau yang dikenal dengan Learning Management System (LMS) terintegrasi dalam pembelajaran diklat dan sistem penilaiannya.

Kehadiran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) diibaratkan arus badai  yang  tak mungkin kita lawan, dan memang tak perlu dilawan, kita harus memanfaatkannya sebagai sumber energi kehidupan. Demikian pula dalam dunia kediklatan, arus TIK telah masuk ke dunia kediklatan dan menjadi suatu keharusan. Hadirnya TIK di ruang diklat, di rumah, bahkan di kamar tidur peserta, tidak lagi dapat dibendung. Hadirnya TIK bukan lagi sebuah pilihan, kita memilih ataupun tidak, era TIK telah hadir. Teknologi Informasi dan Komunikasi mempunyai potensi yang sangat besar untuk dimanfaatkan dalam dunia pendidikan kediklatan. Pada blue print TIK Depdikbud, setidak-tidaknya  disebutkan  ada tujuh fungsi TIK dalam pendidikan, yakni sebagai sumber belajar (peningkatan profesionalisme), alat bantu belajar, fasilitas pembelajaran, standar kompetensi, sistem administrasi, pendukung keputusan, alat bantu meningkatkan proffesionalisme dan sebagai infrastruktur pendidikan (Koesnandar, 2008). Tuntutan masyarakat yang semakin tinggi terhadap mutu kediklatan merupakan suatu tantangan tersendiri bagi widyaiswara dan penyelenggara diklat. Seorang widyaiswara (Perkalan No. 22 tahun 2014) dituntut untuk mampu menggunakan TIK untuk Pengembangan Profesi dalam rangka menghasilkan output dan outcome yang professional. 

Download sofware : 

1. Sparakol   ( DOWNLOAD )

2. Bendicam  ( DOWNLOAD )

3. Camtasia   ( DOWNLOAD )

analisi

analisia


Pembelajaran kelas 9

Materi Chapter I Kelas 9 Congratulation and hope
 lengkap dengan soal Alhamdulillah, penulis berinisiatif untuk merangkum materi chapter I Bahasa Inggris Kelas 9 Yaitu congratulations and hope/wish. Rangkuman ini akan sangat berguna bagi penulis sendiri maupun khalayak ramai yang kebetulan berkunjung di blog penulis ini untuk mencari bahan acuan atau mungkin referensi untuk belajar bagi siswa maupun referensi mengajar bagi guru. Postingan ini diharapkan dapat melengkapi konten blog ini terutama untuk kelas IX yang notabene masih minim, karena di tempat penulis untuk kurikulum 2013 khusus kelas IX baru dilaksanakan tahun 2020 ini. Penulis sendiri membutuhkan adaptasi dan persiapan-persiapan sebelum terjun mengajar ke kelas. Berikut ini adalah catatan dan rangkuman penulis sebelum memberikan materi kepada murid penulis kelas 9. 
 Congratulations and hopes wish Goal/Tujuan dari pembelajaran pada bab ini adalah: To congratulate others for their fortunes and achievements (Memberikan ucapan selamat kepada orang lain atas kebahagiaan dan prestasi) To express hopes and wishes to others (memberikan doa, harapan dan keinginan untuk orang lain supaya dikabulkan apa yang dicita-citakanya, apa yang diharapkannya. 
 I. Congratulation Adalah ucapan selamat yang ditujukan kepada seseorang atas prestasi dan kebahagiaan yang diraih. Contoh: prestasi sekolah, lomba (Competition), mendapakan beasiswa(scholarship), ulang tahun (aniversary), getting permission, etc. Contoh ekspresi/ungkapan yang digunakan:

 - Congratulations, Ana! - Congratulations on winning the English speech contest! - Congratulation Adi on being the champion! - I’m happy for you.Congratulations! - Congratulations Shidqi, you become the winner! - Congratulations you passed the exams! - Congratulations for your graduation! - That’s a very beautiful handycraft! - Zahra,That’s a beautiful picture! - Wow, your menu is delicious! - Good on you Fayyadh! - You sing like a real singer. - Etc. II. Hope/wish Adalah ungkapan atau ucapan seseorang yang menunjukkan doa, harapan dan keinginan terhadap orang lain supaya lebih baik, dan terkabul cita-cita atau yang menjadi harapannya. Contoh ekspresi/ungkapan hope/wish: - I hope ... - I hope you will win the first prize - I hope you pass the examination - Wish you luck - Wish me luck - Good luck - Etc. III Contoh dialog Congratulation and hope/wish Dialogue 1 Shidqi : Congratulations, Zahra. I hope you will be the winner of the singing contest. Zahra : Thanks Shidqi. Wish me luck. Amin. Dialogue 2 Dea : Fayyadh, I got a scholarship. Fayyadh : Congratulations, Dea. You deserve it. : Your mom and dad must be proud of you. Dea : Yes, thanks. It will help my parents a lot. Dialogue 3 Rissa : Wow, that’s a beautiful handycraft! I’m sure you’ll win the national competition. Yeni : Thank you. I hope so, too. Selain materi berupa teks tertulis, di bawah ini penulis berikan Video Pembelajaran Materi Congratulations and hope wish dalam bentuk Video. Materi video ini dapat digunakan untuk pembelajaran anak di masa pandemi Corona ini. Silahkan dapat digunakan barangkali sebagai referensi video yang diberikan ke anak didik anda. Jika anda suka dengan seluruh postingan penulis mengenai penyajian materi ini, mohon support dan bantuannya untuk Subscribe di Chanel penulis "Almusto Channel". Terima kasih banyak penulis sampaikan Setelah anda mempelajari materi tentang congratulation and hopes, di bawah ini penulis akan melengkapi postingan ini dengan latihan tes online untuk mengukur kemampuan anda dalam chapter I ini. Silahkan anda mencoba untuk mengerjakannya. Setelah selesai mengerjakan soal ini jangan lupa untuk mengklik tombol “kirim” untuk melihat skor anda. Berikut soalnya, selamat mengerjakan. Good luck!


  

8 STANDART PPENDIDIKAN


Pengertian Standar Nasional Pendidikan

Lek Roh



Yang dimaksud dengan Standar Nasional Pendidikan adalah 
kriteria minimaltentang sistem pendidikandi seluruh wilayah hukum Negara

Kesatuan RepublikIndonesia.

8 (delapan) Standar Nasional Pendidikan terdiri dari : 
1, Standar Kompetensi Lulusan 
2, Standar Isi 
3. Standar Proses 
4. Standar Pendidikan dan Tenaga Kependidikan 
5. Standar Sarana dan Prasarana 
6. Standar Pengelolaan 
7.Standar Pembiayaan Pendidikan 
8. Standar Penilaian Pendidikan 

Fungsi dan Tujuan Standar : 
Standar Nasional Pendidikan berfungsi sebagai dasar dalam 
perencanaan, pelaksanaan, danpengawasan pendidikan 
dalam rangka mewujudkan pendidikan nasional yang bermutu Standar Nasional Pendidikan 
bertujuan menjamin mutu pendidikan nasional dalam rangkamencerdaskankehidupan bangsa 
dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat. 
Standar Nasional Pendidikan disempurnakan secara terencana, terarah, 
dan berkelanjutan sesuaidengantuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional, dan globa
Apa yang dimaksud dengan Standar Nasional Pendidikan (SNP)? Pengertian Standar Nasional Pendidikan adalah suatu kriteria atau standar minimal terkait pelaksanaan sistem pendidikan yang ada di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Fungsi dari Standar Nasional Pendidikan ini adalah sebagai dasar dalam melakukan perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan pendidikan untuk mewujudkan pendidikan nasional yang berkualitas.
Sedangkan tujuan utama dari Standar Nasional Pendidikan adalah untuk menjamin mutu pendidikan nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, membentuk karakter dan peradaban bangsa yang bermartabat.

Standar Nasional Pendidikan

Menurut penjelasan dari Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP), berikut ini adalah 8 standar pendidikan nasional di Indonesia:

1. Standar Isi

Hal-hal yang diatur dalam Standar Isi mencakup materi minimal dan tingkat kompetensi minimal untuk mencapai kompetensi lulusan minimal untuk jenis dan jenjang pendidikan tertentu. Di dalam Standar Isi terdapat kerangka dasar dan struktur kurikulum, beban belajar, kurikulum tingkat satuan pendidikan, dan kalender pendidikan.
Peraturan Menteri terkait Standar Isi:
  • Permen No. 22 tahun 2006
  • Permen No. 24 tahun 2006
  • Permen No. 14 Tahun 2007

2. Standar Kompetensi Lulusan

Pedoman penilaian dalam penentuan kelulusan peserta didik menggunakan Standar Kompetensi Lulusan untuk satuan pendidikan dasar dan menengah. Hal-hal yang diatur dalam Standar Kompetensi Lulusan (SKL) mencakup standar kompetensi lulusan minimal satuan pendidikan dasar dan menengah, standar kompetensi lulusan minimal kelompok mata pelajaran, dan standar kompetensi lulusan minimal mata pelajaran.
Peraturan Menteri terkait Standar Kompetensi Lulusan:
  • Permen No. 23 Tahun 2006
  • Permen No. 24 tahun 2006

3. Standar Proses Pendidikan

Dalam pelaksanaan pembelajaran pada satuan pendidikan dilaksanakan secara interaktif, inspiratif, menantang, dan memotivasi peserta didik untuk aktif berpartisipasi. Proses belajar-mengajar ini juga memberikan ruang bagi kreativitas, prakarsa, dan kemandirian sesuai dengan minat, bakat, dan perkembangan psikologis/ fisik para peserta didik.
Peraturan Menteri terkait Standar Proses Pendidikan:
  • Permen No. 41 Tahun 2007
  • Permen No. 1 Tahun 2008
  • Permen No. 3 Tahun 2008

4. Standar Sarana dan Prasarana

Semua satuan pendidikan harus dilengkapi dengan sarana pendidikan seperti media pendidikan, peralatan pendidikan, buku dan sumber belajar lainnya, perabot, dan perlengkapan lainnya. Semua satuan pendidikan harus dilengkapi dengan prasarana pendidikan seperti lahan, ruang kelas, ruang pendidik, ruang pimpinan satuan pendidikan, ruang perpustakaan, dan prasarana pendukung lainnya.
Peraturan Menteri terkait Standar Sarana dan Prasarana:
  • Permen No. 24 Tahun 2007
  • Permen No. 33 Tahun 2008
  • Permen No. 40 Tahun 2008

5. Standar Pengelolaan

Standar Pengelolaan mencakup tiga bagian, yaitu;
  • Standar pengelolaan oleh satuan pendidikan.
  • Standar pengelolaan oleh Pemerintah Daerah.
  • Standar pengelolaan oleh Pemerintah.
Peraturan Menteri terkait Standar Pengelolaan:
  • Permen No. 19 Tahun 2007

6. Standar Pembiayaan Pendidikan

Beberapa hal yang termasuk di dalam Standar Pembiayaan Pendidikan adalah biaya investasi, biaya operasi, dan biaya personal.
  • Biaya investasi satuan pendidikan mencakup biaya pengadaan prasarana dan sarana pendidikan, modal kerja tetap, dan pengembangan sumber daya manusia.
  • Biaya operasi satuan pendidikan mencakup gaji tenaga pendidik, peralatan pendidikan, biaya pemeliharaan saran dan prasarana, pajak, asuransi, dan lain sebagainya.
  • Biaya personal mencakup biaya pendidikan yang harus dibayar peserta didik agar dapat mengikuti proses belajar-mengajar.
Peraturan Menteri terkait Standar Pembiayaan Pendidikan:
  • Permen No. 69 Tahun 2009

7. Standar Penilaian Pendidikan

Beberapa hal yang termasuk di dalam Standar Penilaian Pendidikan diantaranya penilaian hasil belajar oleh pendidik, penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan, dan penilaian hasil belajar oleh pemerintah.
Peraturan Menteri terkait Standar Penilaian Pendidikan:
  • Permen No. 20 Tahun 2007

8. Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan

Tenaga pendidik atau guru harus mempunyai kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat rohani dan jasmani, serta mampu mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
Pendidik harus memiliki ijazah dan/ atau sertifikat keahlian sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Adapun kompetensi yang harus dimiliki oleh tenaga pendidik adalah sebagai berikut:
  • Kompetensi pedagogik
  • Kompetensi kepribadian
  • Kompetensi profesional
  • Kompetensi sosial
Peraturan Menteri terkait Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan:
  • Permen No. 12 Tahun 2007
  • Permen No. 13 tahun 2007
  • Permen No. 16 Tahun 2007
  • Permen No. 24 Tahun 2008
  • Permen No. 25 Tahun 2008
  • Permen No. 26 Tahun 2008
  • Permen No. 27 Tahun 2008
  • Permen No. 40 – 45 Tahun 2009
Baca juga: Lembaga Pendidikan

Fungsi dan Tujuan Standar Nasional Pendidikan

Seperti yang sudah disebutkan pada paragraf awal sebelumnya, fungsi dan tujuan utama dari Standar Nasional Pendidikan ini adalah sebagai dasar pelaksanaan pendidikan di Indonesia. Berikut penjelasan selengkapnya:
  1. Standar Nasional Pendidikan memiliki fungsi sebagai acuan atau dasar dalam proses perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan demi untuk mewujudkan pendidikan nasional yang berkualitas.
  2. Standar Pendidikan Nasional bertujuan untuk memberikan jaminan pendidikan nasional yang bermutu dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, membentuk karakter, serta peradaban bangsa yang bermartabat.
  3. Standari Nasional Pendidikan diselenggarakan secara terencana, terarah, dan berkesinambungan sesuai dengan kebutuhan dan perubahan kehidupan nasional dan global.

PERBEDAAN MODEL METHODE, DALAM PROSES PEMBELAJARAN


APA PERBEDAANNYA : MODEL, METODE, STRATEGI, PENDEKATAN DAN TEKNIK PEMBELAJARAN

Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu. Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu: (1) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered approach) dan (2) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered approach).
Sementara itu, Kemp (Wina Senjaya, 2008) mengemukakan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Selanjutnya, dengan mengutip pemikiran J. R David, Wina Senjaya (2008) menyebutkan bahwa dalam strategi pembelajaran terkandung makna perencanaan. Artinya, bahwa strategi pada dasarnya masih bersifat konseptual tentang keputusan-keputusan yang akan diambil dalam suatu pelaksanaan pembelajaran. Dilihat dari strateginya, pembelajaran dapat dikelompokkan ke dalam dua bagian pula, yaitu: (1) exposition-discovery learning dan (2) group-individual learning (Rowntree dalam Wina Senjaya, 2008). Ditinjau dari cara penyajian dan cara pengolahannya, strategi pembelajaran dapat dibedakan antara strategi pembelajaran induktif dan strategi pembelajaran deduktif.
Jadi, metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Terdapat beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran, diantaranya: (1) ceramah; (2) demonstrasi; (3) diskusi; (4) simulasi; (5) laboratorium; (6) pengalaman lapangan; (7) brainstorming; (8) debat, (9) simposium, dan sebagainya.
Selanjutnya metode pembelajaran dijabarkan ke dalam teknik dan gaya pembelajaran. Dengan demikian, teknik pembelajaran dapat diatikan sebagai cara yang dilakukan seseorang dalam mengimplementasikan suatu metode secara spesifik. Misalkan, penggunaan metode ceramah pada kelas dengan jumlah siswa yang relatif banyak membutuhkan teknik tersendiri, yang tentunya secara teknis akan berbeda dengan penggunaan metode ceramah pada kelas yang jumlah siswanya terbatas. Sementara taktik pembelajaran merupakan gaya seseorang dalam melaksanakan metode atau teknik pembelajaran tertentu yang sifatnya individual. Misalkan, terdapat dua orang sama-sama menggunakan metode ceramah, tetapi mungkin akan sangat berbeda dalam taktik yang digunakannya. Dalam penyajiannya, yang satu cenderung banyak diselingi dengan humor karena memang dia memiliki sense of humor yang tinggi, sementara yang satunya lagi kurang memiliki sense of humor, tetapi lebih banyak menggunakan alat bantu elektronik karena dia memang sangat menguasai bidang itu
 model pembelajaran. pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran. Kendati demikian, seringkali penggunaan istilah model pembelajaran tersebut diidentikkan dengan strategi pembelajaran.
H. Agus Maimun. Dosen UIN Malang menulis  Teori pembelajaran adalah fakta, konsep, prinsip, dan prosedur pembelajaran yang telah diuji kebenarannya melalui pendekatan ilmiah (behavioristik, kognitivistik, konstruktivistik, perilaku sosial/social behavior).
Disain pembelajaran adalah upaya untuk merencanakan dan menyusun, melaksanakan proses pembelajaran, dan menilai hasil pembelajaran secara sistematis.
Pendekatan pembelajaran adalah muatan-muatan etis-paedagogis yang menyertai  kegiatan proses pembelajaran yang berisi religius/spiritual, Rasional/intelektual, Emosional, Fungsional, Keteladanan, Pembiasaan, dan Pengalaman.
Strategi pembelajaran adalah cara-cara tertentu yang digunakan secara sistematis & prosedural dalam kegiatan pembelajaran untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar. Contoh  : contextual teaching-learning, Quantum teaching-learning, Active learning, Mastery learning, Discovery-inquiry learning, cooperative Learning dan PAIKEM.
Metode pembelajaran adalah cara-cara yang berbeda untuk mencapai hasil belajar yang berbeda dalam kondisi yang berbeda berdasarkan kompetensi pembelajaran yang telah ditetapkan ( Ceramah, tanya jawab, diskusi, dll ).
Model pembelajaran kerangka konseptual yang melukiskan prosedur secara sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran (dick & carey, weils, benety, dll)
Kesimpulan.
Dari hasil pemaparan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan antara model pembelajaran, pendekatan pembelajaran, strategi pembelajaran, tehnik dan metode pembelajaran. Walaupun perbedaan itu tidak begitu tegas, karena semua istilah merupakan satu kesatuan yang saling menunjang, untuk melaksanakan proses pembelajaran. Jadi model pembelajaran  adalah  pembungkus proses pembelajaran yang didalamnya ada pendekatan, strategi, metode dan tehnik. Contoh  : model yang digunakan guru PAIKEM, Pendekatan pembelajaran yang telah ditetapkan pemerintah adalah pendekatan pembelajaran yang terfokus pada siswa, dimana strategi  pembelajaran siswa aktif, bisa mengungkapan gagasan, penemuan-penemuan
Jika strategi pembelajaran lebih berkenaan dengan pola umum dan prosedur umum aktivitas pembelajaran, sedangkan desain pembelajaran lebih menunjuk kepada cara-cara merencanakan suatu sistem lingkungan belajar tertentu setelah ditetapkan strategi pembelajaran tertentu. Jika dianalogikan dengan pembuatan rumah, strategi membicarakan tentang berbagai kemungkinan tipe atau jenis rumah yang hendak dibangun (rumah joglo, rumah gadang, rumah modern, dan sebagainya), masing-masing akan menampilkan kesan dan pesan yang berbeda dan unik. Sedangkan desain adalah menetapkan cetak biru (blue print) rumah yang akan dibangun beserta bahan-bahan yang diperlukan dan urutan-urutan langkah konstruksinya, maupun kriteria penyelesaiannya, mulai dari tahap awal sampai dengan tahap akhir, setelah ditetapkan tipe rumah yang akan dibangun.
Berdasarkan uraian di atas, bahwa untuk dapat melaksanakan tugasnya secara profesional, seorang guru dituntut dapat memahami dan memliki keterampilan yang memadai dalam mengembangkan berbagai model pembelajaran yang efektif, kreatif dan menyenangkan, sebagaimana diisyaratkan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.
Mencermati upaya reformasi pembelajaran yang sedang dikembangkan di Indonesia, para guru atau calon guru saat ini banyak ditawari dengan aneka pilihan model pembelajaran, yang kadang-kadang untuk kepentingan penelitian (penelitian akademik maupun penelitian tindakan) sangat sulit menermukan sumber-sumber literarturnya. Namun, jika para guru (calon guru) telah dapat memahami konsep atau teori dasar pembelajaran yang merujuk pada proses (beserta konsep dan teori) pembelajaran sebagaimana dikemukakan di atas, maka pada dasarnya guru pun dapat secara kreatif mencobakan dan mengembangkan model pembelajaran tersendiri yang khas, sesuai dengan kondisi nyata di tempat kerja masing-masing, sehingga pada gilirannya akan muncul model-model pembelajaran versi guru yang bersangkutan, yang tentunya semakin memperkaya khazanah model pembelajaran yang telah ada.
Sumber:
Dedi Supriawan dan A. Benyamin Surasega, 1990. Strategi Belajar Mengajar (Diktat Kuliah). Bandung: FPTK-IKIP Bandung.
S. Nasution.Prof. Dr. M.A, 2003, Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar, Jakarta, Bumi Aksara, Jakarta.

Filsafat Pembelajaran Dalam Pendidikan

Implikasi Ontologi, Epistemologi, Aksiologi Pendidikan Indonesia

Belajar hendaknya menjadi salah satu karakter yang selalu melekat di dalam perilaku suatu bangsa. Dari hal itulah setiap bangsa berusaha mengunggulakan pendidikan sebagai sebuah fondasi dari pendirian sebuah bangsa. Proses pendidikan tidak terlepas dari konsep ontology, epistemologi, dan akasiologi didalam pengkajiaanya dimana pelaksannanya harus mencerminkan aktualisasi dari cita - cita suatu bangsa. Ontologi dari sebuah pendidikan adalah mengubah baik perilaku, kognitif, dan psikomotor sebagai sebuah perubahan yang riil dimana penerapannya kepada peserta didik harus dilandasi dengan humanisme yang akan merupah dari ketiga aspek tersebut dari background atau intake yang buruk atau kurang baik menjadi lebih baik. Hakekat dari sebuah pendidikan haruslah secara proper berniat dan berperilaku sebagai penerang suatu bangsa dari kegelapan berpikir. 
Pemerintah sebagai pemangku kebijakan harus memiliki peran dan tindakan serius di dalam memecahkan persoalan pendidikan. Dalam membuat, ataupun menerapkan aturan perundang - undangan di dalam proses pendidikan hendaklah pemerintah menyatukan konsep ontologi dalam tataran praktis bukan dalam tataran teoretis. Pencapaian tujuan pendidikan haruslah benar - benar di imbangi dengan undang-undang yang berhakekat dengan pendidikan agar para generasi pendidik dan peserta didik memiliki wawasan, jiwa, karakter yang benar - benar pembelajar sejati bukan hanya belajar dimaknai sebagai cara untuk mendapatkan gelar ataupun ijasah, tetapi hakekat dari pencarian ilmu haruslah menjadi landasan yang utama di dalam medesain, merumuskan, melaksanakan, mengevaluasi sebuah sistem pendidikan Indonesia. Proses pelaksanaan pendidikan tidak terlepas dari bagaimana pendidikan itu di rancang, di rumuskan, dilaksanakan, ataupun di evaluasi. Dalam epistimologi dikenal sebuah cara untuk mendapatkan sebuah ilmu, maka di dalam pendidikan mulai dari perancangan sampai evaluasi pendidikan haruslah dilakukan secara benar, tepat dan ilmiah. 

Pembelajaran 
Pendidikan tidak bisa dilaksanakan secara pengalaman, oleh karena itu di dalam mengkaji sebuah sistem proses pendidikan haruslah sebuah hasil dari kajian yang amat mendalam. Peraturan baik itu perundang-undangan sampai kurikulum harus memiliki dasar ilmiah dan kuat sehingga dalam pengambilan tindakan tidak serta merta berdasakan pengalaman dari sebuah kebijakan masa lampau. Desain sebuah pendidikan merupakan proses yang sangat bermakna di dalam pencerdasan bangsa. Patokan atau pedoman yang akan dilaksanakan merupakan sebuah mekanisme bagi para pelaksana baik di tingkat pusat sampai pada guru yang sebagai ujung tombak pendidikan. Analisis data, pengujian data harus selalu dilakukan agar menciptakan sebuah pengembangan metode ataupun sistem pembelajaran. Hasil dari pengembangan tersebut tentulah memiliki implikasi dan dampak yang sangat luas. Apabila semua tindakan epistemologi di lakukan dari tingkat pusat sampai guru, maka proses pendidikan ini tidak akan mengalami bias yang sangat terlihat. Masalah pengangguran bukan hanya karena masalah kurangnya lapangan kerja tetapi sangat kurangnya kualitas lulusan yang siap untuk bekerja, ataupun pengetahuan, ilmu yang mumpuni untuk menciptakan lapangan kerja. Jika pendidikan hanya selalu di jadikan objek pencarian hasil (ijasah atau gelar) semata, maka semakin ironis apabila di Indonesia banyak meluluskan sarjana yang mencetak lapangan pengangguran yang baru. Harapannya jangan sampai pengangguran menjadi sebuah Stag of Unemployment. Sudah barang tentu apabila semua desain, rumusan, tindakan, evaluasi dilakukan secara benar, tepat dan ilmiah, sudah bisa dipastikan HDI (Human Development Index) Indonesia dari sektor pendidikan akan menjadi lebih baik, dan terus membaik yang sustainable dari waktu kewaktu. Salam mendidik, salam pendidikan maju terus pendidikan Indonesia.

INSTRUCTIONAL LEADERSHIP



Category: Bangunan
Last Updated on Friday, 01 March 2019
 Published DateWritten by B.WIJANARKO




KEPEMIMPINAN PEMBELAJARAN BAGI KEPALA SEKOLAH
Bambang Wijanarko

Abstraksi

Kepemimpinan pembelajaran adalah kepemimpinan yang lebih  memfokuskan/menekankan pada pembelajaran. Tujuan utama kepemimpinan pembelajaran adalah memberikan layanan prima kepada semua siswa agar mereka mampu mengembangkan potensinya.Kepemimpinan pembelajaran sangat penting dan signifikan terhadap peningkatan prestasi belajar siswa.Butir-butir penting kepemimpinan pembelajaran menyarankan bahwa kepemimpinan pembelajaran akan berjalan dengan baik apabila didukung oleh: (a) figur kepala sekolah yang mampu berpikir, bersikap, dan bertindak sebagai pemimpin pembelajaran, (b) kultur pembelajaran yang dikembangkan melalui pembangunan komunitas belajar di sekolah, dan (c) sistem/struktur yang utuh dan benar. Perilaku kepala sekolah (pemimpin pembelajaran), guru, dan karyawan berkontribusi sangat signifikan terhadap peningkatan keefektifan (effectiveness).Siapapun yang ingin menjadi pemimpin pembelajaran harus memiliki 12 kompetensi sebagai berikut: (1) mengartikulasikan pentingnya visi, misi, dan tujuan sekolah yang menekankan pada pembelajaran, (2) mengarahkan dan membimbing pengembangan kurikulum, (3) membimbing pengembangan dan perbaikan proses belajar mengajar yang meliputi perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran serta pengelolaan kelas, (4) mengevaluasi kinerja guru dan mengembangannya, (5) membangun komunitas pembelajaran, (6) menerapkan kepemimpinan visioner dan situasional, (7) melayani kegiatan siswa, (8) melakukan perbaikan secara terus menerus, (9) menerapkan karakteristik kepala sekolah efektif, (10) memotivasi, mempengaruhi, dan mendukung prakarsa, kreativitas, inovasi, dan inisiasi pengembangan pembelajaran, (11) membangun teamwork yang kompak, dan (12) menginspirasi dan memberi contoh.

Kata Kunci: Kepemimpinan, pembelajaran, kepala sekolah 

             


A.  Pendahuluan
      Kepemimpinan pembelajaran yang kuat di sekolah, diulas oleh Hallinger dan Heck (1993). Mereka mereview mengenai beberapa penelitian empirik peran kepemimpinan pembelajaran dalam menghasilkan capaian lulusan yang baik. Mereka menyimpulkan bahwa meskipun kepemimpinan pembelajaran tidak secara langsung berkaitan dengan kegiatan pembelajaran, namun pengaruhnya terhadap pencapaian hasil belajar dapat terjadi. Kepemimpinan pembelajaran mencakup perilaku-perilaku kepala sekolah dalam merumuskan dan mengkomunikasikan tujuan sekolah, memantau, mendampingi, dan memberikan umpan balik dalam pembelajaran, membangun iklim akademik, dan memfasilitasi terjadinya komunikasi antar staf.
 Pengaruh kepemimpinan pembelajaran (instructional leadership)terhadap peningkatan hasil belajar siswa sudah tidak diragukan lagi. Sejumlah ahli pendidikan telah melakukan penelitian tentang pengaruh kepemimpinan pembelajaran terhadap peningkatan hasil belajar. Mereka menyimpulkan peningkatan hasil belajar siswa sangat dipengaruhi oleh kepemimpinan pembelajaran.Artinya, jika hasil belajar siswa ingin dinaikan, maka kepemimpinan yang menekankan pada pembelajaran harus diterapkan. Untuk lebih jelasnya, berikut dibahas tentang arti, tujuan, pentingnya kepemimpinan pembelajaran, butir-butir penting kepemimpinan pembelajaran, dan kontribusi kepemimpinan pembelajaran terhadap hasil belajar.
A.     Kepemimpinan Pembelajaran
Kepemimpinan pembelajaran adalah kepemimpinan yang memfokuskan/menekankan pada pembelajaran. Komponen-komponen kepemimpinan pembelajaran meliputi kurikulum, proses belajar mengajar, asesmen, penilaian, pengembangan guru, layanan prima dalam pembelajaran, dan pembangunan komunitas belajar di sekolah.
1)     Tujuan Kepemimpinan Pembelajaran
      Tujuan utama kepemimpinan pembelajaran adalah memberikan layanan prima kepada siswa dan siswa mampu mengembangkan potensinya untuk menghadapi masa depan yang belum diketahui dan sarat dengan tantangan-tantangan yang sangat turbulen.
    Dengan kata lain, tujuan kepemimpinan pembelajaran adalah untuk memfasilitasi pembelajaran agar terjadi peningkatan  prestasi belajar, kepuasan belajar, motivasi belajar, keingintahuan, kreativitas, inovasi, jiwa kewirausahaan, dan kesadaran untuk belajar sepanjang hayat karena ilmu pengetahuan dan teknologi serta seni berkembang dengan pesat.
2)     Pentingnya Kepemimpinan Pembelajaran
     Kepemimpinan pembelajaran sangat penting untuk diterapkan disekolah karena mampu: (1) meningkatkan prestasi belajar siswa secara signifikan; (2) mendorong dan mengarahkan warga sekolah untuk meningkatkan prestasi belajar siswa; (3)  memfokuskan kegiatan-kegiatan warga sekolah untuk menuju pencapaian visi, misi, dan tujuan sekolah; dan (4) membangun komunitas belajar warga dan bahkan mampu menjadikan sekolahnya sebagai sekolah belajar (learning school).
Sekolah belajar memiliki perilaku-perilaku sebagai berikut: memberdayakan warga sekolah seoptimal mungkin; memfasilitasi warga sekolah untuk belajar terus dan berulang-ulang; mendorong kemandirian setiap warga sekolahnya; memberi kewenangan dan tanggungjawab kepada warga sekolahnya; mendorong warga sekolah untuk akuntabel terhadap proses dan hasil kerjanya; mendorong teamworkyang (kompak, cerdas, dinamis, harmonis, dan lincah/cepat tanggap terhadap pelanggan utama yaitu siswa); mengajak warga sekolah untuk menjadikan sekolah berfokus pada layanan siswa; mengajak warga sekolah untuk siap dan akrab menghadapi perubahan, mengajak warga sekolah untuk berpikir sistem; mengajak warga sekolah untuk komitmen terhadap keunggulan mutu, dan mengajak warga sekolah untuk melakukan perbaikan secara terus-menerus.
B.    Model-model Kepemimpinan Pembelajaran
Butir-butir penting kepemimpinan pembelajaran tercakup dalam model-model berikut ini.
a.     Model Hallinger dan Murphy
Model Hallinger dan Murphy (1985), terdiri 3 dimensi dan 11 deskriptor yang dapat diringkas seperti tabel 1 berikut.
Dimensi
Deskriptor
Merumuskan misi
Merumuskan tujuan sekolah
Mengkomunikasikan tujuan sekolah
Mengelola Program pembelajaran
Mensupervisi dan mengevaluasi pembelajaran
Mengkoordinasikan kurikulum
Memonitor kemajuan pembelajaran siswa
Membangun iklim sekolah
Mengkontrol alokasi waktu pembelajaran
Mendorong pengembangan profesi
Memfokuskan pencapaian visi
Menyediakan insentif bagi guru
Menetapkan standar akademi
Memberikan insentif bagi siswa
Tabel 1. Dimensi dan Deskriptor
b.     Model Murphy 
Murphy (1990), mengembangkan 4 dimensi kepemimpinan yang selanjutnya diurai menjadi 16 peran atau perilaku. Kerangka kerja (model) tersebut diringkas seperti tabel 2 berikut.
Dimensi
Peran atau Perilaku
Mengembangkan misi dan tujuan
Merumuskan tujuan sekolah
Mengkomunikasikan tujuan sekolah
Mengembangkan fungsi produksi pendidikan
Mendorong pembelajaran bermutu
Mensupervisi pembelajaran
Mengontrol alokasi waktu pembelajaran
Mengkoordinasikan kurikulum
Memonitor kemajuan pembelajaran siswa
Mendorong iklim pembelajaran akademis
Membangun standar harapan positif
Memfokuskan pencapaian visi
Menyediakan insentif bagi guru dan siswa
Mendorong pengembangan profesi
Mengembangkan lingkungan kerja yang mendukung


Menciptakan lingkungan kerja yang tertib dan aman
Memberikan kesempatan kepada siswa untuk terlibat secara bermakna

Mengembangkan kolaborasi  dan ikatan kohesif diantara staf
Menjamin sumber-sumber dari luar mendukung pencapaian tujuan sekolah
Membangun ikatan antara sekolah dengan keluarga siswa
Tabel 2. Dimensi dan Peran atau Perilaku
c.  Model Weber 
Weber (1996), mengidentifikasi lima domain utama kepemimpinan pembelajaran tanpa menguraikannya lagi secara lebih detil. Ke lima domain utama tadi adalah: (1) merumuskan misi sekolah, (2) mengelola kurikulum dan pembelajaran, (3) mendorong terciptanya iklim belajar yang positif, (4) mengobservasi dan memperbaiki pembelajaran, dan (5) melakukan penilaian program pembelajaran.
d.  Model Jones
Jones membagi kepemimpinan pembelajaran atas empat kuadran (A, B, C, dan D) seperti gambar berikut ini.
       Gambar 1. Kuadran Kepemimpinan Pembelajaran
e.  Model Direktorat Tenaga Kependidikan
Direktorat Tenaga Kependidikan (2009), memberikan 12 kompetensi pemimpin pembelajaranyaitu:(1) mengartikulasikan pentingnya visi, misi, dan tujuan sekolah yang menekankan pada pembelajaran, (2) mengarahkan dan membimbing pengembangan kurikulum, (3) membimbing pengembangan dan perbaikan proses belajar mengajar yang meliputi perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran serta pengelolaan kelas, (4) mengevaluasi kinerja guru dan mengembangkannya, (5) membangun komunitas pembelajaran, (6) menerapkan kepemimpinan visioner dan situasional, (7) melayani kegiatan siswa, (8) melakukan perbaikan secara terus menerus, (9) menerapkan karakteristik kepala sekolah efektif, (10) memotivasi, mempengaruhi dan mendukung prakarsa, kreativitas, inovasi, dan inisiasi pengembangan pembelajaran, (11) membangun teamwork yang kompak, dan (12) menginspirasi dan memberi contoh.
Tidak ada model yang sempurna. Setiap model memiliki kelebihan dan kelemahannya masing-masing. Model yang terbaik untuk diterapkan adalah model yang cocok dengan kebutuhan sekolah.
C.Kontribusi Kepemimpinan Pembelajaran terhadap Hasil Belajar
Pengaruh kepemimpinan pembelajaran tidak langsung bekerja pada proses pembelajaran di kelas, namun dengan kepemimpinan pembelajaran akan terbangun iklim akademik yang positif, komunikasi yang baik antar staf, perumusan tuntutan akademik yang tinggi, tekad untuk mencapai tujuan sekolah.
a)     Kepala Sekolah Sebagai Pemimpin dan Manajer Konflik
Salah satu faktor yang menentukan keberhasilan dan keberlangsungan suatu organisasi adalah pemimpin. Dalam konteks persekolahan, pemimpin yang dimaksud adalah kepala sekolah dengan tugas sebagai pemimpin dan pengelola.
Selaku orang yang memimpin, seorang kepala sekolah dituntut untuk melakukan aktivitas kepemimpinan. Kepemimpinan kepala sekolah yang dimaksud adalah usaha kepala sekolah dalam mempengaruhi,mendorong, membimbing, dan menggerakkan guru, staf, siswa, orang tua siswa dan pihak lain yang terkait untuk bekerja/berperan serta guna mencapaitujuan yang telah ditetapkan.
Dalam permendikbud (2007) dikemukakan pengelola sekolah, seorang kepala sekolah dituntut untuk mampu mengatur agar seluruh potensi sekolah berfungsi secara optimal. Dalam konteks manajemen konflik, maka mengelola konflik adalah juga “mengatur” potensi konflik dalam organisasi sekolah agar tetap optimal. Agar konflik dapat dikelola, maka peran yang dapat dilakukan Kepala Sekolah dapat dikategorikan dalam 3 bentuk:
1)  Peranan yang bersifat interpersonal, yaitu peran interaksi yang harus dilakukan pimpinan terhadap stake holder internal maupun eksternal. Menurut Siagian peran yang harus ditampilkan meliputi : (1) selaku simbol keberadaan organisasi. Peranan ini berupa aktivitas interaksi dalam kegiatan-kegiatan yang bersifat legal dan seremonial; (2) selaku pemotivator. Peran ini berupa tanggung-jawab untuk memotivasi dan memberikan arahan kepada bawahannya; (3) selaku penghubung. Peran sebagai penghubung ini, untuk membentuk jaringan luas dengan memberi perhatian khusus bagi mereka yang mampu berbuat sesuatu bagi organisasi dan juga bagi pihak yang memiliki informasi yang diperlukan bagi organisasi.
2)  Peranan informasional, yaitu peran yang terkait dengan lalu lintas informasi. Menurut Siagian, peran tersebut terbagi atas tiga bentuk yakni : (1) pemantau arus informasi. Dalam hal ini, pemimpin harus mengambil langkah-langkah agar informasi yang bermutu yang diterima; (2) diseminator informasi. Peran ini menuntut pimpinan untuk memahami makna informasi yang diterima untuk disalurkan pada orang dalam organisasi; (3) juru bicara organisasi, yaitu penyalur informasi pada pihak luar organisasi.
3)  Peran pengambil keputusan, yang meliputi empat bentuk peran: (1) peran entrepreneur yaitu peran yang menuntut pemimpin untuk mampu mengkaji secara terus menerus situasi yang dihadapi oleh organisasi untuk dicari peluang yang dapat dimanfaatkan; (2) peredam gangguan, yaitu peran yang menuntut pimpinan untuk mampu mengambil tindakan korektif apabila organisasi menghadapi gangguan serius yang apabila tidak ditangani akan berdampak negatif kepada organisasi; (3) pembagi sumber daya, yaitu peran untuk mengalokasikan sumber dana dan daya organisasi; (4) perunding bagi organisasi, yaitu peran yang harus dilakukan oleh seorang pemimpin dengan pihak-pihak yang berada di luar organisasi.
Dari ketiga peran di atas nampak pentingnya peran pemimpin dalam kaitannya dengan interaksi dengan orang “dalam” maupun orang “luar”. Sebagaimana definisi konflik sebagai sebuah interaksi, maka interaksi pemimpin dengan bawahan ini perlu dikelola secara baik agar dapat menjadi interaksi yang fungsional.
b)     Kepala sekolah sebagai Manajer dan Pemimpin
Kepala Sekolah sebagai manajer
       Dalam rangka melakukan peran dan fungsinya sebagai manajer. Mulyasa, (2005: 103) mengemukakan bahwa kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk memberdayakan tenaga kependidikan melalui kerja sama atau kooperatif, memberikan kesempatan kepada para tenaga kependidikan untuk meningkatkan profesinya, dan mendorong keterlibatan seluruh tenaga kependidikan dalam berbagai kegiatan yang menunjang program sekolah.
1)  Memberdayakan tenaga kependidikan melalui kerja sama atau kooperatif dimaksudkan bahwa dalam peningkatan profesionalisme tenaga kependidikan di sekolah, kepala sekolah harus mementingkan kerja sama dengan tenaga kependidikan dan pihak lain yang terkait dalam melaksanakan setiap kegiatan. Sebagai manajer kepala sekolah harus mau dan mampu memdayagunakan seluruh sumber daya sekolah dalam rangka mewujudkan visi, misi dan mencapai tujuan. Kepala sekolah harus mampu bekerja melalui orang lain (wakil-wakilnya), serta berusaha untuk senantiasa mempertanggungjawabkan setiap tindakan. kepala sekolah harus mampu menghadapi berbagai persoalan di sekolah, berusaha untuk menjadi juru penengah dalam memecahkan berbagai masalah yang dihadapi oleh para tenaga kependidikan yang menjadi bawahannya, serta berusaha untuk mengambil keputusan yang memuaskan bagi semua.
2)  Memberi kesempatan kepada para tenaga kependidikan untuk meningkatkan profesinya, sebagai manajer kepala sekolah harus meningkatkan profesi secara persuasif dan dari hati ke hati. Dalam hal ini, kepala sekolah harus bersikap demokratis dan memberikan kesempatan kepada seluruh tenaga kependidikan untuk mengembangkan potensinya secara optimal. Misalnya memberi kesempatan kepada bawahan untuk meningkatkan profesinya melalui berbagai penataran dan lokakarya sesuai dengan bidangnya masing-masing.
3)Mendorong keterlibatan seluruh tenaga kependidikan, dimaksudkan bahwa kepala sekolah harus berusaha untuk mendorong keterlibatan semua tenaga kependidikan dalam setiap kegiatan di sekolah (partisipatif). Dalam hal ini kepala sekolah bisa berpedoman pada asas-asas, yaitu: tujuan, keunggulan,  mufakat,kesatuan,persatuan,empirisme,keakraban,dan  integritas.
Kemampuan menyusun program sekolah harus diwujudkan dalam: a) pengembangan program jangka panjang, baik program akademis maupun nonakademis, yang dituangkan dalam kurun waktu lebih dari lima tahun; b) pengembangan program jangka menengah, baik program akademis maupun nonakademis, yang dituangkan dalam kurun waktu tiga sampai lima tahun; c) pengembangan program jangka pendek, baik program akademis maupun nonakademis, yang dituangkan dalam kurun waktu satu tahun (program tahunan), termasuk pengembangan rencana anggaran pendapatan belanja sekolah (RAPBS). Dalam pada itu, kepala sekolah harus memiliki mekanisme yang jelas untuk memonitor dan mengevaluasi pelaksanaan program secara periodik, sistemik, dan sistematik.
  Kemampuan menyusun organisasi personalia sekolah harus diwujudkan dalam pengembangan susunan personalia sekolah; pengembangan susunan personalia pendukung, seperti pengelola laboratorium, perpustakaan, dan pusat sumber belajar (PSB); serta penyusunan kepanitiaan untuk kegiatan temporer, seperti panitia penerimaan peserta didik baru (PSB), panitia ujian, dan panitia peringatan hari-hari besar keagamaan yang ada pada satuan pendidikan.
Kepala Sekolah sebagai Pemimpin
Pemimpin pada dasarnya mempunyai pokok pengertian sebagai sifat, kemampuan, proses, dan atau konsep yang dimiliki oleh seseorang sedemikian rupa sehingga ia diikuti atau dipatuhi, dihormati dan disayangi oleh orang lain dan orang lain itu bersedia dengan penuh keikhlasan melakukan perbuatan atau kegiatan yang dikehendaki oleh seseorang tersebut.
Bertolak dari dasar pengertian tersebut, terdapat beberapa batasan yang dikemukakan oleh beberapa cendikiawan sebagai berikut:
Menurut Arifin Abdulrahman:
“Kepemimpinan sebagai kemampuan seseorang untuk menggerakkan orang-orang mengikuti pemimpin”.
Menurut Charles B. Hicks & Irene Place :
“Leadership is the art of influencing human behavior, the ability to handle people”.
Menurut James A. F. Stoner:
“Leadership may be defined as the process of influencing and directing the task related activities of group member”.
Dari berbagai pengertian tersebut di atas dapat ditarik intinya bahwa kepemimpinan itu adalah sesuatu yang dimiliki oleh seseorang sehingga orang tersebut mampu menggerakkan orang-orang melakukan perbuatan atau tindakan dengan penuh kesadaran dan keikhlasan. Kepemimpinan dalam organisasi kerja disebut dengan istilah kepemimpinan kerja, yaitu suatu kepemimpinan yang bersifat sebagai proses pengarahan terhadap pencapaian tujuan dan pembinaan atas tenaga atau orang-orang yang terlibat dalam proses pencapaian tujuan itu dengan cara mempengaruhi, memotivasi, dan mengendalikannya.
    Berbicara masalah kepemimpinan tidak lengkap jika tidak membicarakan sekaligus subyeknya yaitu pemimpin: orang yang karena sesuatu sebab dapat memiliki kekuasaan, kewenangan, kewibawaan, dan kekuatan lain serta dipatuhi dan diikuti sekelompok orang. Dimasyarakat terdapat dua jenis pemimpin, pertama pemimpin formal dan kedua pemimpin informal. Ditinjau dari segi kemasyarakatan, yang disebut pemimpin formal adalah orang-orang yang menduduki jabatan dalam pemerintahan, sedangkan pemimpin informal adalah orang-orang yang tidak menduduki jabatan pemerintahan, tetapi memiliki pengikut, dipatuhi, dan ditaati sekelompok orang. Secara popular sebutan demikian identik dengan sebutan “sesepuh” masyarakat. Faktor yang paling menonjol dalam diri pemimpin informal adalah kewibawaan. Dengan kewibawaan yang ada itulah ia diikuti, ditaati serta dipatuhi oleh orang-orang.
     Orang berusaha menumbuhkan wibawa pribadi, tetapi kurang menghayati adanya sumber yang harus digali, bahkan karena kurang kesadaran terhadapnya, orang serius menggunakan “kekerasan” untuk mencoba supaya “berwibawa”. Mungkin untuk beberapa saat yang relative singkat dapat berhasil, tetapi hal ini biasanya tidak dapat bertahan lama. Sebagai contoh dapat dikemukakan misalnya seorang atasan suatu unit kerja yang selalu datang ketempat kerja terlambat, suatu hari memarahi bawahan yang datang terlambat bahkan si bawahan ini dihukum dengan dipotong pendapatannya.
D.   Kesimpulan
     -  Kepemimpinan pembelajaran adalah kepemimpinan yang memfokuskan/menekankan pada pembelajaran.
- Tujuan utama kepemimpinan pembelajaran adalah memberikan layanan prima kepada semua siswa agar mereka mampu mengembangkan potensinya.
-   Kepemimpinan pembelajaran sangat penting signifikan terhadap peningkatan prestasi belajar siswa.
- Butir-butir penting kepemimpinan pembelajaran menyarankan bahwa kepemimpinan pembelajaran akan berjalan dengan baik apabila didukung oleh: (a) figur kepala sekolah yang mampu berpikir, bersikap, dan bertindak sebagai pemimpin pembelajaran, (b) kultur pembelajaran yang dikembangkan melalui pembangunan komunitas belajar di sekolah, dan (c) sistem/struktur yang utuh dan benar.
- Perilaku kepala sekolah (pemimpin pembelajaran), guru, dan karyawan berkontribusi sangat signifikan terhadap peningkatan keefektifan (effectiveness).
- Siapapun yang ingin menjadi pemimpin pembelajaran harus memiliki 12 kompetensi sebagai berikut: (1) mengartikulasikan pentingnya visi, misi, dan tujuan sekolah yang menekankan pada pembelajaran, (2) mengarahkan dan membimbing pengembangan kurikulum, (3) membimbing pengembangan dan perbaikan proses belajar mengajar yang meliputi perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran serta pengelolaan kelas, (4) mengevaluasi kinerja guru dan mengembangannya, (5) membangun komunitas pembelajaran, (6) menerapkan kepemimpinan visioner dan situasional, (7) melayani kegiatan siswa, (8) melakukan perbaikan secara terus menerus, (9) menerapkan karakteristik kepala sekolah efektif, (10) memotivasi, mempengaruhi, dan mendukung prakarsa, kreativitas, inovasi, dan inisiasi pengembangan pembelajaran, (11) membangun teamwork yang kompak, dan (12) menginspirasi dan memberi contoh. 


Referensi:
-   Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2007 Tanggal 17 April 2007, Tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah
-     Weber L. 1996. Leading The Instructional Program. Clearing House ofEducational Management.
-     Mulyasa.E (2005). Menjadi Guru Profesional. PT. Remaja Rosdakarya. Bandung.
- Murfpy.J (1990) Preparing school Admistrators for the twenty-first century: The reform agenda In.B.Mitchel&L.L.Cuningham(Eds). Educational Leadership and changing Contects of families, Comonites, and Schools.Chicago: University of Chicago Press.
-  James A.F. Stoner (2012). Managing Climate change Busines Risks and Consequences. Leadership for Global Sustainability. Pulblisher: Palgrave macmilan.
-     Fink, Elaine and B. Resnicl, Lauren (2003). Developing Principals as Instructional Leaders.